Teng teng bel
berbunyi....
Pelajaran pun
dimulai. Pada awalnya kelas tenang, hanya saja ada suara berisik disudut kelas
yang membuat kelas menjadi tidak nyaman. Pak Parno dengan sabarnya menegur
mereka. "yang duduk di pojok tolong perhatikan pelajaran bapak jangan
ribut saja. Kalian sudah mau ujian, bapak harap kalian semua bisa lulus dengan
nilai yang memuaskan". Tapi dengan lancang salah satu dari mereka malah
membantah "ahh, ujian masih lama pak". "iya bapak tahu tapi kita
harus tetap siap dari sekarang" kata pak Parno. "alaahh..persiapan
itu gampang pak. Tinggal belajar terus ujian kan??" kata salah satu anak
tersebut sambil melanjutkan kegaduhan mereka. "yang namanya siap itu
sebaiknya di mulai sejak awal.. Sudah kita kembali ke pelajaran" pak Parno
melanjutkan pelajaran tapi tiba-tiba pak Parno jatuh pingsan. Murid-murid ribut
dan sibuk memindahkan pak Parno ke UKS tapi ada beberapa murid yang tidak
perduli dan memilih pergi kantin.
Pak Parno memang
sudah lama sakit-sakitan tapi demi mengajar murid-muridnya untuk dapat
menghadapi ujian dengan baik beliau rela mengajar dari pagi sampai sore hanya
demi kesuksesan murid-muridnya. Meskipun banyak dari mereka yang suka seenaknya
sendiri saat di terangkan oleh pak Parno, beliau tetap sabar, tidak pernah
marah dan tidak pernah pilih kasih dalam memberi nilai. Beliau begitu baik di
mata murid-muridnya. Tapi ternyata kebaikan dan kesabaran beliau selama ini
malah di sepelekan oleh sebagian murid-murid.
Beberapa hari
kemudian pak Parno tidak bisa mengajar selama beberapa hari karena beliau harus
di rawat di Rumah sakit karena sakitnya kambuh. Tubuh pak Parno semakin lama
semakin lesu. Beliau sering sekali keluar masuk rumah sakit. Hingga akhirnya
sekolah memutuskan untuk memberi ijin kepada pak Parno untuk beristirahat
hingga beliau sehat kembali. Tapi pak Parno tidak mau. Beliau selalu mengatakan
kalau beliau masih kuat dan masih mampu untuk mengantar murid-muridnya
menghadapi ujian dan mencapai kesuksesan. Di mata pak Parno kesuksesan
murid-muridnya lah yang paling penting.
Saat beliau kembali
mengajar, beliau banyak berpesan dan menasehati murid-muridnya. “anak-anak,
bagi saya mengajar kalian itu adalah hiburan untuk saya. Saya akan merasa sehat
bila saya bisa berdiri diantara kalian, mengajar kalian, membimbing kalian, dan
bapak sangat berharap kalian bisa menjadi orang yang sukses. Bapak percaya
kalian semua pasti akan menjadi orang yang sukses". Murid-murid hanya bisa
diam mendengar kata-kata pak Parno. Mereka yang biasanya gaduh sekarang bisa
mengendalikan kegaduhannya. Bukan hanya itu. Sekarang murid-murid sudah mulai
rajin untuk belajar. Mereka sering berkunjung ke rumah pak Parno untuk belajar
bersama.
Semakin hari pak
Parno semakin semangat mengajar anak-anak. Hingga beliau lupa akan
kesehatannya. Beliau sering melupakan obat yang harus diminum. Hingga akhirnya
pak Parno kembali masuk ke rumah sakit. Saat ini beliau dalam masa kritis.
Beliau hanya bisa berbaring di atas kasur rumah sakit di bantu oleh selang
oksigen yang terpasang di hidungnya dan infus yang ada di tangannya. Murid-murid
sering berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk guru yang telah menyadarkan
mereka dan membuat mereka menjadi bersemangat untuk sekolah itu. Mereka
berharap pak Parno akan segera sembuh dan beliau dapat mengajar mereka lagi. Tapi
takdir berkata lain. Pak Parno semakin kritis. Selang oksigen dan infus pun
ternyata sudah tidak membantu lagi. Beliau dalam kondisi koma. Semua
murid-murid menangis, mereka merasa bersalah karena dulu mereka telah
mengabaikan kata-kata pak Parno. Hingga beberapa jam kemudian dokter mengatakan
bahwa dia sudah berusaha semaksimal mungkin tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena Allah yang menentukan hidup dan mati seseorang. Pak Parno meninggal.
Banyak sekali yang merasa kehilangan beliau. Guru-guru, murid-murid, serta
keluarganya. Pak Parno adalah guru yang sangat berdedikasi. Yang setia mengajar
murid-nya meskipun dia sakit. Yang tetap mengabdi di sekolah meskipun beliau
telah di beri ijin untuk istirahat. Sungguh,
beliau
adalah guru terbaik bagi murid-muridnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar